Dari Limbah Ceker Ayam Menjadi Sepatu Kulit yang Mendunia

 

Sepatu Kulit Ceker Ayam Hirka Shoes

Sumber: Shopee Official Hirka Shoes

Coba bayangkan, ceker ayam yang seringkali dibuang dan dianggap limbah kini disulap menjadi sepatu kulit mewah yang melangkah hingga mancanegara. Bahkan, nilainya bersanding dengan sepatu kulit dari hewan eksotis seperti ular dan buaya. Dibalik ide luar biasa ini ada seorang anak muda bernama Nurman Farieka Ramdhany.

Berawal dari limbah hasil ayam potong dan berbekal penelitian ayahnya tentang pemanfaatan kulit ceker ayam sebagai bahan baku fesyen, Nurman memilih meneruskan riset tersebut dengan inovasi yang memberi nilai tambah. Upaya ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan dan kelestarian hewan eksotis, tetapi juga menggerakkan perekonomian lokal. Tidak heran, Nurman kini dipandang sebagai sosok inspiratif bagi generasi muda lewat terobosan uniknya.

Dari Limbah Ceker Ayam yang Menumpuk Ke Masalah Global

Kalau mendengar kata ceker ayam, kebanyakan orang mungkin langsung terbayang makanan di warung kaki lima. Karena tidak semua orang menyukainya, bagian ini sering berakhir menjadi limbah organik yang tidak bernilai.

Indonesia sendiri setiap tahunnya menghasilkan ribuan ton limbah ayam potong. Salah satunya, ya, bagian kaki atau ceker, dan bagian ini sering dianggap tidak bernilai. Padahal tumpukan limbah organik seperti ini bisa menimbulkan persoalan lingkungan jika dibiarkan begitu saja.

Selain itu, ada masalah global lain yang menjadi perhatian Nurman, terutama menyangkut industri fesyen. Yaitu, penggunaan bahan dasar kulit hewan eksotis seperti ular dan buaya untuk pembuatan produk mewah seperti sepatu, tas, dan juga dompet.

Ia khawatir, hal ini akan mengancam kelestarian satwa liar tersebut jika permintaan komoditi berbahan dasar kulit reptil terus mengalami lonjakan permintaan.

Dari dua masalah inilah yang menjadi penyebab hadirnya inovasi Nurman akan produksi sepatu dari kulit ceker ayam.

Mengubah Limbah Ceker Ayam Menjadi Komoditi Mewah

Berbekal penelitian ayahnya, Nurman menemukan bahwa kulit ceker ayam punya tekstur unik yang mirip kulit reptil, seperti ular dan buaya. Inilah alasan utama yang membuatnya bisa menjadi alternatif bahan baku fesyen.

Namun, kulit itu jelas tidak bisa langsung dipakai begitu saja. Ada proses panjang yang harus dilakukan bernama penyamakan kulit. Mulai dari memisahkan kulit dari tulangnya, membersihkan dan menghilangkan bau, menjemur, mengawetkan, mewarnai, sampai menjahitnya. 

Semua proses itu dilakukan agar kulit ceker yang semula diremehkan karena berupa limbah, dapat digunakan dengan aman, tahan lama, dan tampak mewah ketika dijadikan sebuah produk, yaitu sepatu.

Tapi bukan berarti pengolahan kulit ceker ayam ini tidak mengalami penolakan. Hal ini sempat menjadi perdebatan di antara konsumen, karena dianggap produk dengan bahan dasar kulit ceker ayam itu aneh dan bisa menimbulkan bau amis yang tidak sedap.

Dikutip dari portal berita GNFI, Nurman mengatakan “Awalnya mereka enggak impress bahwa ini tuh sepatu dari kulit ceker ayam … mereka merasa kalau ceker ayam baunya amis, padahal sudah melalui banyak tahapan”

Meski mengalami penolakan tersebut, Nurman tidak menyerah. Baginya penolakan itu justru jadi tantangan tersendiri untuk mengedukasi konsumennya bahwa produk yang dibuatnya aman dan tidak berbau karena lahir dari riset panjang, dan pengolahan yang serius. Nurman bahkan melahirkan sebuah brand yang kini mendunia.

Lahirnya Hirka, Brand Sepatu Kulit Ceker Ayam Pertama Di Dunia

Banner Sepatu Kulit Ceker Ayam Wanita Hirka Shoes

Sumber: Shopee Officila Hirka Shoes

Nurman menghabiskan 4 tahun mendalami riset kulit ceker ayam dan teknik penyamakan. Ia tidak bekerja sendirian; ada dukungan pengrajin Jaja dan pengolah kulit Amat dari Cibaduyut, sentra sepatu terkenal di Bandung, yang ikut memuluskan proses itu. Hasil perjuangan panjang tersebut melahirkan Hirka Shoes pada 2017, brand pertama di dunia yang menjadikan kulit ceker ayam sebagai bahan utama sepatu.

Nama “Hirka” dipilih dari bahasa Turki yang berarti “dicintai”. Filosofinya, Nurman ingin produknya bukan hanya dipakai, tetapi juga benar-benar dicintai konsumen. 

Selain bahan utama yang digunakan untuk pembuatan produk, namanya pun memberi kesan berbeda meski sederhana tapi bermakna.

Awalnya, Hirka Shoes menyasar pasar konsumen wanita. Namun, riset menunjukkan konsumen wanita kurang siap menerima sepatu berbahan kulit ceker. Dari situ, Nurman mengubah strategi: fokus pada sepatu pria dengan model formal dan kasual. “Dan di situ kita mutusin buat masuk market pria. Kita ada dua model yang dikeluarkan, yaitu formal dan kasual,” ungkapnya dalam wawancara bersama GNFI.

Dari Ekspor Hingga Menjadi Inspirasi Generasi Muda

Penghargaan INACRAFT Hirka Shoes

Sumber: Instagram official Hirka

Salah satu langkah penting yang dilakukan Nurman untuk memperluas jangkauan Hirka Shoes adalah mengikuti pameran kerajinan terbesar di Asia Tenggara, INACRAFT 2019. Strategi ini terbukti ampuh: pesanan yang semula hanya sekitar 100 pasang per bulan melonjak menjadi 200 pasang sekaligus membuka peluang ekspor ke Malaysia, Brazil, Prancis, Hong Kong, dan Singapura.

Inovasi Nurman bukan hanya menghadirkan produk unik, tetapi juga memberi kontribusi nyata. Dari sisi lingkungan, kulit ceker ayam yang semula jadi limbah kini dimanfaatkan, sekaligus menekan penggunaan kulit reptil yang mengancam satwa liar. Sedangkan dari sisi ekonomi, Hirka memberdayakan pengrajin di Cibaduyut serta mitra pengolah kulit, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan nilai limbah menjadi produk bernilai tinggi yang bahkan bisa mendatangkan devisa.

Penghargaan SATU Indonesia Awards Astra 2019

Sumber: Tempo

Di tahun yang sama, Nurman meraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2019 kategori kewirausahaan dari Astra. Penghargaan ini semakin memperkuat reputasi Hirka sebagai pelopor fesyen ramah lingkungan. Sejak saat itu, ia gencar mengkampanyekan alternatif kulit ramah lingkungan, aktif mengikuti pameran dagang, dan memperluas produksinya.

Lebih dari itu, Nurman menjelma menjadi sosok inspiratif bagi generasi muda: ia selalu menekankan pentingnya kesabaran dalam membangun usaha, keberanian membawa ide kreatif meskipun dianggap aneh, serta keyakinan bahwa bahan lokal yang sederhana pun bisa punya nilai global. 

Seperti yang ia ungkapkan dalam wawancara bersama GNFI, “Kebetulan kalau Hirka juga kita menganut satu pesan yang ingin kita sampaikan. Kebanyakan anak muda zaman sekarang tidak sabaran … Dengan adanya digital, semuanya bisa lebih cepat, tapi nggak secepat itu juga”

Hingga kini, Nurman terus melanjutkan inovasinya. Selain sepatu, ia mulai merambah ke produk dompet, ikat pinggang, dan aksesori. Di sisi lain, ia konsisten mengedukasi masyarakat tentang proses penyamakan kulit ceker, agar publik memahami nilai, keunikan dan kerja keras di balik setiap produk Hirka. Ke depan, Nurman menyimpan mimpi besar: menjadikan Hirka Shoes sebagai brand mewah asal Indonesia yang mampu bersaing dengan label global seperti Gucci atau Louis Vuitton.

Melalui Hirka, Nurman membuktikan bahwa kemewahan tidak harus lahir dari kulit hewan eksotis. Bahan lokal yang kerap dianggap sepele pun bisa ditransformasikan menjadi karya fesyen yang etis, berkelas, sekaligus berkelanjutan.

Inovasi Kecil, Dampak Besar

Kisah Nurman lewat sepatu kulit ceker ayam membuktikan bahwa inovasi sejati tidak selalu lahir dari bahan baku mewah, melainkan dari keberanian memberi nilai baru pada sesuatu yang sering diremehkan. Hirka Shoes hadir bukan sekadar produk fesyen, melainkan simbol perubahan: dari limbah menjadi prestasi dunia, dari ide sederhana menjadi inspirasi generasi.

Lebih dari itu, perjuangan Nurman adalah pengingat bahwa kreativitas butuh kesabaran. Yang kerap kali melewati riset panjang, penolakan, dan tantangan meyakinkan pasar sebelum akhirnya dunia mengakui karyanya. Di titik ini, sepatu kulit ceker ayam bukan lagi soal mode, melainkan cerita tentang keberanian anak muda Indonesia yang mampu menjadikan hal biasa sebagai warisan bernilai global.

Karya Nurman membuktikan bahwa masa depan fesyen tak hanya tentang gaya, tapi juga tentang keberanian, keberlanjutan, dan kebermaknaan. #APAxKBN2025


Sumber:

Materi PDF: Riset mengenai Nurman Farieka Ramdhany – pengusaha sepatu kulit ceker ayam

https://www.mldspot.com/inspiring-products/hirka-sepatu-kulit-ceker-ayam-pertama-di-dunia

https://www.tempo.co/info-tempo/enam-pemuda-terbaik-terima-apresiasi-10th-satu-indonesia-awards-2019-699162

Instagram Hirka.Official https://www.instagram.com/hirka.official/


Posting Komentar

0 Komentar